Monday, March 19, 2018

Mitos atau Fakta, Suami Penyayang Pasti Mau Mencuci

((SALAHKAH JIKA SUAMI NYUCI?))





"Bu Amin, kok yang nyuci tadi Pak Amin"




Pertanyaan ini bukan kali pertama saya dengar sejak kami, saya dan suami hidup bersama kurun waktu 13 tahun ini. Dan biasanya yang bertanya kalangan ibu-ibu yang ibu-ibuuuuu banget, maksudnya ibu-ibu usia 50 tahun ke atas.




.

Bagi saya...

Tidak ada yang salah

Si ibu yang bertanya tidak salah

Saya pun juga tidak salah

Yang salah adalah suami saya (lhoh eh, bukan-bukan, becanda) .

Coba tebak jawaban apa yang saya berikan ke si ibu tadi

"Memang kenapa, Bu" (hiiisssh ini sih jawaban nyinyir, Rul, hahahahaha)

"Kami nyuci bersama, bu, tapi giliran jemur, hanya suami yang keluar rumah, saya masih dasteran (daster e suwek maneh)"

.

"Nyuci bersama"

Yups, karena mesin cuci bagian penggilingannya rusak, dan tidak ada niat untuk memperbaiki, jadi selama ini nyucinya pakai tangan, baru dikeringkan ke mesin.

Terkadang pas cucian ada 2-3 ember, kami memang ngucek dan bilas bersama. Tapi seringnya suami sendiri, karena tugas saya di dapur masak dan isah-isah, lalu membuat dapur kembali kinclong. Meski di dapur tak ada aktivitas, sering suami melarang saya bantuin nyuci.

Setiap saya tanya kenapa saya dilarang nyuci jawabannya "Nanti ndak capek, di kamar saja sana baca buku apa maen HP"

(Hareee geneeee model suami kayak gini udah banyak kan ya, bu ibu, mbak embak?)

.

"Wah, Mbak Nurul enak ya, pekerjaan rumah banyak dibantuin"

Sebelum menikah dulu, dalam benak saya, segala tetek bengek pekerjaan domestik adalah urusan istri. Jika kemudian Allah anugerahkan pasangan hidup yang ringan tangan dan luwes saja buat nyuci, dll nya, maka syukur dan syukur kepada Allah.

.

Yah, beberapa tahun terakhir, sejak RS menjadi langganan saya buat opname maupun rawat jalan, capek dikit vertigo, mikir dikit GERD kambuh, kena asap rokok dikit asthma kumat, suami memang lebih protektif ke saya, "ngeman nya to the max gitulah"

(Oiya, 3 tahun berturut-turut jika diaudit, soal presensi kehadiran, saya ranking paling atas, kebanyakan ijin tidak masuk kantor >> malah curcol)

.

Nah, kemudian kembali ke soal jika suami berkutat di belakang (urusan domestik)

Jadi, semua ini lebih pada perbedaan paradigma dalam masyarakat kita, baik tinggal di kompleks perumahan maupun di desa yang jarak rumahnya masih dipisahkan pekarangan dan kebun.

.

Golongan kasepuhan, memegang prinsip, haram hukumnya laki-laki itu melakukan pekerjaan rumah, ya nyapu, ngepel, nyuci, masak.

Sedangkan golongan kekinian berpikirnya sudah sebaliknya, bukan hal yang tabu laki-laki melakukan pekerjaan rumah tangga.

Apalagi di rumah tanpa ART dan ada 2-3 balita, tak sanggup lah saya membayangkan jika suami hanya ongkang-ongkang kaki, ngerokok sambil ngopi, terus pegang HP atau baca koran, sesekali ngajak maen anak, sedangkan istri ciat-ciiiaaaat, hakdeees hakdeeezzz di belakang.

.

Saya, sebagai ibu juga sudah ngajari anak untuk nyuci, isah-isah, nyapu, ngepel, masak mie, goreng telur/tempe/tahu/nugget.

Bahkan kadang saya minta Yazdan untuk mencuci bajunya sendiri. (Meskipun saya ulang lagi sih).

Jadi anak ini sudah lihai pekerjaan kaum hawa, saya ingin, Yazdan juga berprinsip sebagaimana laki-laki kekinian, SAY YES TO NYUCI, ISAH-ISAH, etc. (Hahahahahaha)

Lagian jika Allah ijabah besok Yazdan kembali mondok di pesantren kan sudah terbiasa.

.

Jadi, bu ibu, mbak embak

Yang suaminya mau berkecimpung dengan pekerjaan domestik, banyak-banyak bersyukur kepada Allah, harus makin sayang sama suami, ngomel dan ngedumelnya dikurangi (ngomong sama yang buat status), kan sekarang lagi musim ..... tetot (sensor).

.

Lalu bagaimana jika suami ga mau bantuin pekerjaan di rumah?

(1) Ya, harus tetap bersyukur

(2) Lobi suami minta ART

(3) Jika suami kurang berkenan ada ART, maka kerjakan pekerjaan semampunya

(4) Rayu terus suami, agar mau membantu

Jangan lupa doakan, karena hati suami kan dalam genggaman Allah.

(5) Cari duit sendiri (biar bisa bayar ART), yang masih happening sampai hari ini, jelas jualan online, asal pinter-pinter aja soal managemen waktu

.

Buat para gadis

Pas ta'aruf ajukan pertanyaan, apa calon suami bersedia turun ke dapur.

Dijamin jika laki-laki kekinian maka pasti jawabannya mau. Tapi jika laki-laki itu berpikirnya dengan pola jadul, ya, perlu dipertimbangkan lagi.

.

Bu ibu, mbak embak

Jika para suami memang kurang berkenan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, ikhlaskan saja, karena amalan yang dicatat oleh malaikat mutlak menjadi milik kita.

.

Buat bapak-bapak, mas-mas

Jika tidak berkenan membantu gak papa, asal ada anggaran buat bayar ART. Uang untuk istri ngaliiiiirrrr terus, istri juga sering diajak pigenik, dibeliin gamis, khimar, sepatu, lipenstik, dan juga SAMBAL TUNA, bisa dibeli di Dapur Samtun Like fanpage nya dulu ya (nyebai tenan ki seng gawe status)

.

Dan uswatun hasanah yang paling sempurna adalah bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan contoh dalam keseharian. Banyak buku yang mengisahkan kehidupan beliau sehari-hari, yang bisa kita jadikan suri tauladan.

.

Terakhir, ya bu ibu mbak embak

Mari saling mendoakan

Semoga pasangan hidup kita kelak juga bersama kita di surganya Allah.

Semoga Allah bimbing kita untuk semakin menyempurnakan iman kita, sehingga ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wata'ala semakin bertambah.

Aamiin Aamiin Ya Rabbal 'aalamiin

3 comments:

  1. betul mba jika tidak berkenan membantu pekerjaan maka suami membantu mencarikan ART hehehe. Saat ini saya masih ada ART kadang suami yang bantuin ngepel kalau ART lagi libur kerjasama yang solid kalau istilah saya n suami hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, apalagi jika masih ada baby ya, Mbak.
      Happy dan solid selalu

      Delete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete