Saturday, April 06, 2013

Rezeki Yang Datang Tiada Disangka-Sangka




Karsiyo terpaku dalam hening, serasa sesak nafasnya menahan perih dalam hati, demi melihat istri tercinta terbaring tak berdaya. Sembari menghapus peluh, Karsiyo merasakan peningnya semakin berat. Secara fisik badannya terasa sangat lelah. Praktis, sejak istrinya terbaring sakit, seluruh pekerjaan rumah tangga dialah yang harus menyelesaikan. Anak-anak sudah nyenyak dalam peraduan. Tidak ingin berlama-lama dalam lamunan, Karsiyo segera mengambil botol-botol bayi dan segera mencucinya. Anak karsiyo yang bungsu, buah cinta dengan istrinya masih bayi berumur 7 bulan. Sehingga Karsiyo harus membersihkan botol-botol untuk keperluan esok hari.

“Hhmm, akhirnya selesai juga pekerjaan hari ini”, gumam Karsiyo. Segera ia menuju kamar dan melihat keadaan istrinya. Wajah sayu sang istri membuat hatinya tambah perih. Perlahan dia sentuh kening istrinya, dan memang masih panas. Sudah empat hari panas istrinya tak kunjung reda. Sesungguhnya dia tak tega melihat istrinya dalam kondisi seperti saat ini dan belum ada upaya untuk membawa ke dokter ataupun rumah sakit. Tiba-tiba istrinya mengerang. Karsiyo memijit kaki istrinya sembari bertanya bagaimana kondisi istrinya malam ini.

“Apa yang dirasakan sekarang, Nis”, tanya Karsiyo. Anis, istri Karsiyo, kembali mengerang, “kepalaku masih berat, Mas, dan seluruh badanku terasa ngilu. bisakah besok mas mengantarku ke rumah sakit”, ujar istrinya. Tanpa berpikir dari mana Karsiyo akan mendapat uang, dia langsung mengiyakan apa yang diinginkan istrinya. Setelah itu, Karsiyo menuju ke kamar anak-anak, dan mereka sudah nyenyak. Karsiyo pun menuju karpet yang dipasang di depan televisi, merebahkan badan.

“Ya Allah, bukakanlah pintu rezekiMu agar ku mendapat uang di esok hari supaya bisa kubawa istriku ke rumah sakit”, doa Karsiyo. Sesaat, Karsiyo tak bisa tidur, tanpa buang waktu dia pun menuju pancuran di belakang rumah. Setelah mengambil air wudhu, Karsiyo hanyut dalam dua rokaat sholat sunnah. Selesainya, dia ucapkan terus doa yang dulu dia dapat dari kiainya di Madura, Wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhrojaa,wayarzuqhu min haitsu laa yahtasiib. Wa man yatawakkal ‘alallahi fahuwa hasbuhu.Innallaha balighu amrihi, Qod ja’alallahu likulli syaii-in Qodroo. Hampir setengah jam dia lafadz kan, kantuk pun datang, akhirnya dalam irama lantunan doa Karsiyo pun terlelap.

Memasuki sepertiga malam terakhir, Karsiyo sudah bangun dan ia langkahkan kaki kembali ke pancuran. Sholat tahajud menjadi penenang jiwanya, di saat hidup terasa menghimpit. Waktu beranjak menuju subuh, sesaat lagi fajar menyingsing. Selesai menunaikan kewajiban Sholat Subuh, Karsiyo mengambil sepeda dan dikayuhnya menuju rumah temannya. Dia berencana meminjam uang.

Sesampai di depan pintu rumah dia ucapkan salam, temannya keluar rumah dan mempersilakan masuk. Adib, nama teman Karsiyo sudah tahu maksud kedatangan Karsiyo. Segera Adib mengambil uang di kamar dan menyerahkan tiga lembar ratusan ribu kepada Karsiyo.

“Terimakasih, Dib, atas bantuannya, jika ada rezeki akan segera kukembalikan uang ini”, janji Karsiyo. Sahabatnya dengan santun menjawab, “Uang ini bukan pinjaman, Yok, ini bantuan dariku, jadi kau tidak usah mengembalikan”.

Mata Karsiyo nanar, dia tak menyangka, di saat matahari baru akan terbit dari ufuk timur, berkah rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta’Ala telah terlimpah untuk dirinya dan keluarga. Segera ia undur diri, dan bergegas mengayuh sepedanya agar segera sampai di rumah. Anak-anak masih belum bangun, dan Anis, istrinya, terlihat duduk terkulai lemas di atas dipan.

Dia peluk istrinya dan berujar, “Pagi ini kau kubawa ke rumah sakit, Nis, anak-anak kita titipkan pada Bu Tina tetangga kita”. Istrinya tersenyum, dan berucap syukur, “Alhamdulillah”. Karsiyo memapah badan istrinya, pelan-pelan dia tuntun menuju lobi rumah sakit. Sesampai di dalam, dia dudukkan istrinya, dan mendaftar ke petugas Rumah Sakit. “Istri Bapak sepertinya terinfeksi bakteri salmonella tiphy, penyebab Demam Tifoid atau tipus, tapi untuk menegakkan diagnosa, silakan ke laboratorium untuk dicek darah rutin dan widal”, begitu ujar dokter yang memeriksa istri Karsiyo.

Hampir dua jam Karsiyo dan istrinya berada di rumah sakit, mulai dari pendaftaran, kemudian dilakukan cek darah, hingga mendapatkan obat. Sebetulnya dokter menyarankan untuk rawat inap, tapi karena ketiadaan biaya Karsiyo meminta rawat jalan. Dokter mengijinkan dengan syarat, Anis istrinya harus istirahat total dan tidak melakukan aktivitas apapun. Itu artinya, semakin bertambah lama Karsiyo menjadi bapak sekaligus ibu bagi anak-anaknya.

Sore harinya, para tetangga menjenguk Anis, dan keesokannya teman-teman kerja Karsiyo juga datang. Tak luput saudara dan handai taulan juga datang. Dari kunjungan dan perhatian yang diperoleh, terkumpul uang hampir tiga juta. Karsiyo dan istrnya sungguh tak menyangka, dari musibah sakit diderita ada berkah rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta’Ala.

Dua minggu pasca istri Karsiyo beristirahat total, kesehatannya sudah jauh membaik. Malam itu dalam sujud tahajud bersama suaminya, tiada henti Anis tergugu dalam tangis. Karena merasakan limpahan kasih sayang TuhanNya kepada keluarganya. Sepasang suami istri ini saling berjanji untuk semakin meningkatkan kualitas ibadah mereka, baik itu ibadah mahdhoh maupun ibadah sunnah.